Sampah plastik di laut menjadi ancaman serius yang terus meningkat setiap tahun. Lebih dari delapan juta ton plastik Sampah plastik di laut sebagian besar berasal dari aktivitas manusia. Misalnya, limbah rumah tangga yang tidak dikelola dengan benar sering berakhir di perairan. Bahkan, lebih dari 70 persen sampah plastik laut berasal dari daratan. Jenisnya didominasi plastik sekali pakai seperti botol, kantong plastik, sedotan, dan kemasan sachet.
Selain itu, mikroplastik menjadi ancaman yang lebih tersembunyi. Partikel kecil ini berukuran kurang dari lima milimeter. Mikroplastik dapat ditemukan dalam air, sedimen, bahkan tubuh ikan dan kerang. Akibatnya, manusia ikut terpapar mikroplastik melalui makanan laut.
Menurut Prof. Richard Thompson, mikroplastik bisa masuk ke tubuh manusia. Ia menjelaskan bahwa partikel ini dikonsumsi plankton dan ikan, lalu naik ke rantai makanan. Bahkan, nanoplastik mampu menembus sistem pencernaan dan masuk ke peredaran darah.
Dampak Terhadap Lingkungan dan Kesehatan
Akumulasi sampah plastik memberikan dampak besar. Pertama, terhadap ekosistem laut. Sampah ini mengganggu habitat laut dan pesisir. Misalnya, hewan laut tersangkut atau mengonsumsi plastik.
Kedua, terhadap kesehatan manusia. Mikroplastik dapat masuk ke tubuh melalui makanan laut. Oleh karena itu, pencemaran ini memerlukan perhatian serius.
Ketiga, terhadap ekonomi dan pariwisata. Sampah di pantai menurunkan nilai wisata dan memengaruhi nelayan. Bahkan, kerugian ekonomi cukup signifikan di beberapa wilayah pesisir.
Untuk informasi tentang kawasan wisata yang terdampak pencemaran, silakan kunjungi paket wisata laut sebagai referensi dampak sampah di destinasi laut.
Tantangan dalam Pengelolaan Sampah Plastik

Salah satu tantangan utama adalah model konsumsi sekali buang. Sejak 1950-an, gaya hidup “throwaway living” berkembang pesat. Konsep ini mendorong masyarakat untuk menggunakan produk sekali pakai, lalu membuangnya.
Meskipun daur ulang dianggap solusi, kenyataannya proses ini berjalan lambat. Bahkan, peningkatan kapasitas daur ulang belum seimbang dengan pertumbuhan limbah plastik. Selain itu, sekitar 8 persen produksi minyak dunia digunakan untuk membuat plastik.
Solusi untuk Mengurangi Sampah Plastik di Laut

Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama dalam pengelolaan sampah. Berikut adalah beberapa strategi penting:
- Reduce : Mengurangi produksi limbah dengan mengurangi penggunaan barang-barang sekali pakai atau mengambil langkah-langkah untuk mengurangi konsumsi sumber daya alam
- Reuse : Menggunakan kembali barang-barang atau bahan-bahan yang masih dapat digunakan setelah pemakaian awalnya
- Recycle : Proses mengubah bahan-bahan bekas menjadi bahan baru yang dapat digunakan kembali. Ini melibatkan pengumpulan, pemrosesan, dan pemurnian limbah untuk menghasilkan produk baru
Strategi ini menjadi dasar penanganan limbah plastik. Mengurangi penggunaan, memakai ulang, dan mendaur ulang merupakan langkah awal. Selain itu, pengurangan penggunaan plastik sekali pakai harus diutamakan.
Desain Produk Ramah Lingkungan
Produk harus dirancang agar mudah terurai. Misalnya, produsen pakaian dapat menggunakan bahan yang minim pelepasan serat mikro. Bahkan, pelabelan produk sebaiknya mencantumkan dampaknya terhadap lingkungan.
Penguatan Regulasi dan Infrastruktur
Regulasi pembatasan plastik perlu diperkuat. Selain itu, infrastruktur pengelolaan sampah di kota-kota harus ditingkatkan. Hal ini membantu mengurangi jumlah plastik yang masuk ke laut.
Pengembangan Teknologi dan Riset
BRIN terus mengembangkan teknologi pemantauan dan pengumpulan sampah. Misalnya, penggunaan sensor bawah air dan AI untuk memetakan persebaran sampah. Teknologi ini mendukung pemulihan lingkungan laut secara akurat.
Informasi lebih lengkap mengenai program dan riset bisa diakses melalui situs Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Edukasi dan Partisipasi Komunitas
Pendidikan lingkungan perlu dimasukkan ke dalam kurikulum. Komunitas lokal, seperti nelayan, juga dapat dilibatkan dalam aksi bersih pantai. Dengan demikian, kesadaran masyarakat akan meningkat.
Mendorong Ekonomi Sirkular
Ekonomi sirkular mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi. Limbah plastik didaur ulang menjadi bahan baru. Selain itu, produk bekas bisa dimanfaatkan kembali sebagai bahan produksi.
Sampah plastik di laut telah menjadi isu yang mengganggu kehidupan manusia dan ekosistem. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama lintas sektor untuk mengatasinya secara menyeluruh.